Selasa, 02 Oktober 2018

Ketika senja tak lagi Jingga Part#1




“ Jingga, kamu itu orangnya gak peka, egois, suka ngeyel dan selalu datar. Mau sedih, kecewa, bahagia terlihat biasa saja. Tapi itu lah yang buat aku suka berteman denganmu, gak cengeng”.


Kala itu senja begitu sangat cantik, warna langin merona dengan indahnya. Menyelusuri jalan setapak yang sangan teduh dengan pohon rindan di sebelah kiri dan kanan jalan. Entah ini sebuah kebetulan atau tidak, tanpa kata, tanpa tegur sapa dia selalu melintasi sepanjang perjalanan yang sama menju pulang kerumah dengan mengayuh sepedanya. Pada jam yang sama setiap aku pulang sekolah. Mungkin itu memang jawalnya dia bermain sepeda, pikir ku kala itu, toh kita tinggal di jalan yang sama.

Dia , kak Senja tetangga baruku, ehmm... tepatnya akulah yang menjadi tetangga barunya, di sebelah rumahnya. Aku baru sebulan pindah disini, namun belum begitu banyak kenal anak- anak ataupun memiliki teman disni. Karena pagi- pagi aku sudah ada jadwal les privat di rumah seorang guru, pulang kerumah sejenak dan langsung menuju ke sekolah. ketika magrib kami selalu dirumah, mengaji bersama ayah. Bukan bermaksud sombong atau tidak mau berbaur bersama anak- anak disini, tapi itu lah kami ayah dan ibu tak memperbolehkan anak- anaknya bermain keluar rumah di malam hari walaupun hanya di depan rumah.

“Jingga.... Jinggaaaa” suara kak Fajriah terdengar dari luar halaman rumah “ iya kak” bergegas aku bangkit dari kursi malas yang sedari tadi aku nikmati sambil membaca buku. “ yuk kita main, aku kenalkan kamu sama teman- teman di sini, hari minggu ini kamu gak les kan ?”
“gak kak, kalau sabtu dan minggu libur. Sebentar ya aku izin sama ibu dulu” dengan muka yang ragu tapi penasaran aku menoleh kiri dan kanan di halaman luar, mencoba untuk cari tau siapa saja yang ada disana”.

Kak Fajriah, kakak permpuan dari kak Senja, nama mereka unik sesuai dengan waktu mereka lahir, kalau kak Fajriah lahir tepat azan subuh ketika sang fajar menyingsing pagi sedangkan kak Senja lahir, saat sang mentari mulai pamit pulang keperaduanya. Sifat merekapun bertolak belakang. Kak Fajriah sangat ramah, suka bertegur sapa sedangkan Kak Senja lebih pendiam dan mukanya agak jutek. Itu yang aku baru tau tentang mereka.

Benar saja aku terdiam dan merasa malu dengan banyaknya orang di halaman tempat bermain. Aku sebenarnya tak begitu suka dengan keramaian, tapi aku mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Sesekali aku melihat kearah kak senja dia begitu ramah dengan teman- teman, berbeda disaat dia sedang sendiri atau bertemu di jalan mukanya sering jutek. Dan tanpa sengaja aku menoleh lagi kearahnya dan dia pun kaget, langsung memalingkan muka, seakan khawatir diketahui bahwa dia diam – diam sedang memeprhatikanku. Yah mungkin saja itu suatu kebetulan.

Sore itu kak Fajrian mengajakku menangkap ikan dan memperkenalkan anak- anak disini katanya. Jujur aku tak pernah main seperti ini, menangkap ikan di rawa- rawa atau di kolam- kolam di dekat rumah tetangga. It’s amzing aku merasa itu seru apalagi kalau dapat ikan yang besar setelah puas menaruhnya di ember kami akan melepaskanya kembali. “Jingga ternyata kamu jago juga ya, katanya gak pernah main beginan tapi kok langsung dapat banyak” dari kejauhan kak Senja berbicara dan baru kali itu dia menyapaku. “ gak juga kak, aku belajar dari kak Fajriah, dia lebih jago tuh embernya sudah penuh”. “ Ehm..ehm.. Senja jarang memuji orang loh ga, eh kok kamu aneh si dek hari ini”. Tiba- tia kak Fajriah ikut serta dalam obrolan kami. “Aneh... gak kok, biasa aja” lagi- lagi aku melihat ekspresi yang tak biasanya dari muka kak Senja.

Dan itulah mulanya pertemanan aku dan kak senja, walau dia sedikit jutek, yah mungkin itu sudah bawaan dari lahir yang tak bisa di ganggu gugat. Walau demikian aku baru tahu bahwa dia penggemarnya banyak. Terutama anak- anak di sekitar perumahan ini. Ehmm....entah lah aku juga tak mengerti apa yang buat mereka itu jadi penggemarnya. Dan kak Fajriah sempat memperingatin aku, Jingg kamu hati- hati ya kalu jadi temannya Senja siap-siap ada yang musuhin kamu, karena merek merasa kam merebut Senja. Wow.. cerita apa ini aku sempat terdiam dan......


*** Bersambung ***

#Oneweekonepost  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar