Minggu, 24 Desember 2017

Buku Tanda Cinta



Buku Tanda Cinta

Tak pernah terpikirkan olehku akan jadi begini akhirnya. Pada awalnya aku hanya ingin mendukung kakek untuk menulis kembali, agar tak larut dalam kesedihan setelah kepergianan nenek, tapi kini aku lah yang tergamang. Tertatih- tatih menyelesaika bait- bait syair puisi yang masih menggantung tanpa ujung.

Buku itu belum pernah ku sentuh sampai berminggu- minggu dan mungkin juga sudah berdebu. Perasaan masih tak percaya kakek sudah tak ada. Sosok inspirasiku, "mood booster" ku kini tinggal kenangan. Sampai saat ini kata- kata itu masih terngiang di telingaku. "Nay jika nanti kakek juga tak ada lagi, tulisan ini belum selesai, kamu harus selesaikan ya, dan harus menuliskanya disini menggunakan pena ini".

Akhirnya hari ini aku menguatkan diri, mencoba untuk tegar dan menjalankan amanah kakek. Buku ini harus selesai dan harus terbit. Setidaknya bisa di baca oleh semua cucu- cucunya. Perlahan aku membuka pintu ruang kerja kakek, hati ku mulai sebak, semenjak kejadian itu, aku belum pernah masuk lagi ke ruangan ini. Telalu trauma bagiku mengingat semua cerita itu, kakek berpulang tepat di pangkuanku. Firasatku benar, posisi buku itu masih sama, seperti terakhir kalinya aku merangkai syair puisi bersama kakek.

Aku sengaja tak memperbolehkan siapapun yang membereskan atau memindahkan apa pun yang ada di ruangan ini, hingga waktunya tiba, aku memeberanikan diri datang kesini lagi. Dan benar saja, buku ini mulai berdebu, masih sama, dalam keadaan terbuka, pena yang masih saja tergeletak diatasnya. Lagi- lagi aku harus menahan butiran air mata yang sedari tadi aku bendung. Aku tau, akupun tak boleh larut dalam kedukaan ini, aku harus bisa menyelesaikan buku ini, sebagai tanda begitu Cintanya kakek kepada nenek. Kumulai mengambil pena warisan kakek, dan mencoba mengingat kembali bait terakhir yang kami ukir bersama disini.

Gumpalan air mata yang aku tahan sejak tadi, akhirnya tak terbendung jua dan mengalir begitu derasnya, aku menangis sejadi- jadinya. Ternyata ada bait lain, yang aku tak ketahui, mungkin ini tulisan terakhir kakek, ketika aku sibuk mengambil selimutnya waktu itu.

" kamu kekasih belahan jiwaku
Tunggu lah aku di syurga itu
Semalam aku bermimpi tentangmu
Bermimpi menggenggam erat tanganmu
Kamu menarik tanganku
Mengajakku Berlari kecil
menuju taman cahaya itu
Inikah waktu yang ku tunggu ?
Inikah waktu yang ku rindu? "

Ternyata saat itu, kakek merasa waktunya sudah dekat menuju kesana. Ya Tuhan begitu tak pekanya aku. Ku sekat air mata yang masih mengalir di pipi, aku harus semangat menyelesaikan buku ini. Buku tanda cinta kakek pada nenek dan buku tanda cintaku pada mereka.

Seminggu kemudian, buku itu pun rampung aku tuntaskan. Dan aku mencoba tawarkan kepada penerbit yang pernah bekerja sama dengan kakek sebelumnya. Seakan semesta begitu menyertai dan ikut terharu atas kisah cerita ini, proses penerbitan buku berjalan dengan lancar.

Alhamdulillah, tak beberapa lama buku itu pun terbit dan tak pernah aku bayangkan bahwa buku tanda cinta ini akan booming. Mereka merasa, buku ini benar- benar tanda cinta, awal kisah cinta bak cerita sinderela dan berakhir bak romeo dan juliet. Hingga akhirnya kakek tak bisa berlama- lama menunggu waktu dan mengikuti tuk menutup mata jua.

#Day29
#30DWCJilid10
#BukuTandaCinta


Sabtu, 23 Desember 2017

Takdir Kita Di Dunia Relawan Part#1




Takdir Kita Ada Di Dunia Relawan
Part#1

Tak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwa laki- laki yang ada di sampingku saat ini menjadi kekasih halalku. Jangankan tuk membayangkan, memimpikannya saja  aku tak pernah. Tak sempat terlintas dibenakku menjerumuskan diri ini ke dunia relawan  untuk mencari jodoh, tujuanku hanya satu berbagi kebahagian untuk sesama. Memutuskan untuk menjadi  relawan satu hal yang membuat duniaku lebih berwarna, ada banyak cerita disini. Dipertemukan dengan orang- orang baru yang akhirnya menjadi saudara seperjuanganku, kita bersama-sama berusaha tuk membahagiakan umat.

Namaku Hasna Nadia, asal dari Cilegon, seorang guru paud yang gajinya saat itu hanya 200.000 per-bulan. Selain itu aku juga mengajar di salah satu SD dengan gaji 500.000 per bulanya. Tak puas dengan hal itu aku ingin seperti teman- teman yang lainnya, kuliah tuk mencapai impian-impian mereka. Jalan itu tak mudah, karena aku dari keluarga yang tak berada, jangankan untuk membiayai aku kuliah, untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari- hari ibu dan ayah harus bekerja keras menjadi petani yang tak mempunyai lahan. 

Namun tekatku saat itu begitu kuat, aku ingin mencapai impianku sebagai guru dan ingin merubah kehidupan keluarga lebih baik. aku tau saat ini memang aku seorang guru, tapi hanya guru bantu, ilmuku tak banyak, di zaman serba canggih apalah arti seorang yang hanya lulusan SMA. Aku ingin menjadi guru yang seutuhnya, memiliki banyak ilmu dan mempunyai moral yang santun untuk mendidik muridku kelak. 

Setelah diskusi yang panjang, merayu pada ibu akhirnya aku kuliah, tapi hal ini tak semudah yang dibayangkan, aku harus tertatih- tatih membayar biaya kuliah dan sempat beberapa kali menunggak. Sempat berputus asa, tapi aku termenung kembali, perjuangku untuk memutuskan kuliah saja sudah berat, tak mungkin aku selesaikan hanya sampai disini saja. aku mulai mencari pekerjaan, tapi ada satu lagi kendalanya, ibu tak mengizinkanku kerja diluar dari kota, banyak hal-hal yang dikhawatirkanya jika anak perempuanya bekerja dan hidup di kota orang. Aku tak kehabisa akal, aku selalu merayu pada ibu dan tak lupa selalu libatkan Allah setiap langkahku, semoga langkah ini dan keputusan ini benar- benar dariNya serta di restui oleh ibu. Alhamdulillah setelah bicara dari hati ke hati ibu dan ayah mengizinkanku dengan deretan syarat- syarat yang panjang. Saat itu sepertinya semesta begitu menyertaiku tak beberapa lama aku mendapatkan pekerjan sebagai penanggung jawab Rumah Giat merupakan program pedidikan yang di sponsori oleh salah satu Departement store ternama.

Dan mulai saat itulah untuk pertama kalinya aku menjadi anak rantau di kota orang, kota Bekasi. Kebetulan kampus pusat ditempat aku kuliah tak jauh dari kota ini. Namun dikarenakan jalanan yang selalu macet hampir 3 jam perjalanan untuk sampai ke kampus. Tak jarang aku tertidur didalam angkot, ketika bangun perjalanan masih panjang dan tertidur lagi. Memulai hidup yang baru, rumah baru, lingkungan baru, harus kujalani. Bersyukur lingkungan tempat aku tinggal itu sangat mendukung program yang sedang aku jalanani. Terkadang ada cerita sedih tapi akan menjadi lucu jika diingat kembali, aku sering salah naik angkot atau kebablasan hingga sampai tempat yang tak aku ketahui. Itu lah resiko pertama yang aku alami menjadi anak rantauan, tapi dari sana aku belajar banyak hal. Belajar menjadi mandiri, lebih disiplin, lebih sabar dan banyak mengetahui tempat- tempat dibelahan bumi ini yang sebelumnya aku tak tahu.

Di kota ini lah takdir kami dipertemukan. Di dunia relawan dimana tempat aku menjerumuskan diri untuk hal- hal kebaikan. Di kota ini pun sama aku ikut bergabung, karena pergerakan kerelawanan ini tersebar di seluruh Indonesia, dari Aceh sampai Papua. Sunggu tak pernah aku membayangkan jika takdir kekasih halalku bersama dia. Dia, bang Riyo aku memanggilnya, sosok yang berpenampilam anak gunung, gaul dan agak bebas. Pertama kali aku melihatnya di agenda tahunan, pelatihan pendidikan dasar untuk relawan baru. Dia baru bergabung saat itu. Belum ada tegur dan sapa. Dan sampai suatu hari kami menjadi tim yang sama untuk membantu relawan Tangerang yang saat itu ada bencana banjir. Saat disana akulah yang sering memarahinya, membangunkan sholat subuh, disaat orang lain ke masjid dia masih tertidur. Pernah satu ketika saat dia tidur di kursi, aku bangunkan dengan suara yang keras, namun tetap tak bisa bangun, akhirnya ku pukul kursinya agar dia cepat bangun, namun cara itu tetap tak berhasil dia bangun sebentar hanya berpindah tempat dan tidur kembali.

Setelah beberapa hari kami dalam tim yang sama di tenda pengunsian banyak cerita yang baru aku ketahui, ada sisi kelam di balik dirinya. Jangankan untuk sholat lima waktu, sholat dalam satu tahun mungkin bisa dihitung, bahkan bisajadi setahun sekali saat hari raya. Namun di balik itu semua dia memiliki kepribadian yang baik, suka membantu teman dalam kesusahan. 

Seringnya pertemuan kerelawanan membuat kami makin sering bertemu dalam beberapa kegiatan yang sama. Dia sering membatuku di program Rumah Giat, dan teman- teman yang lainpun juga begitu. Sebagai anak perantauan aku merasa bahagia di dunia relawan ini di pertemukan dengan saudara- saudara yang baik dan ada beberapa juga relawan yang nasibnya sama sepertiku sebagai anak perantauan tak jarang apa yang kita alami kadang sama, sering salah angkot atau tersesat di jalan.

Bang Riyo sosok orang yang baik, dia tak pernah pandang orang itu siapa untuk dibantu, termasuk aku. Entah mengapa terkadang itu bukan pintaku tapi takdirlah yang mempertemukannya, disaat aku sedang perlu pertolongan, dia hadir disana. Aku tau ini bukan kebetulan, mungkin ini sudah jalanNya Allah yang telah tertulis disana. Tapi saat itu sama sekali belum ada perasaan apa- apa terhadapnya, karena aku pikir dia relawan, kita semua saudara, pastinya semua baik. Semakin sering bang Riyo ikut kegiatan relawan, Nampak beberapa perubahan yang lebih baik dari dirinya. Sudah mulai ingin sholat walau masih tertatih dan ikut kajian belajar tentang Islam. 

Aku menjalani aktivitas yang sangat padat, selain kuliah aku juga punya amanah menjalankan program pendidikan di Rumah Giat. Ini lah saatnya, aku mulai mengerjakan skripsi, jalanya tetap sama, masih banyak ujian yang harus aku dilewati, naik angkot hingga beberapa kali dalam waktu 3 jam baru sampai ke kampus, uang semakin pas- pasan. Karena biaya semakin besar. Tapi aku harus kuat, aku harus mencapai impianku, membawa kembanggan untuk keluarga dan tak mau membuat orang tua kecewa yang telah memberikan izin padaku hingga seperti saat ini.

Pernah suatu ketika aku harus bimbingan skripsi bersama Dosen,  diwaktu yang hampir bersamaan aku sedang mengajar di Rumah Giat, kegiatan ini baru akan selesai pukul 12.00, sedangkan aku harus datang pukul 14.00 untuk bimbingan. Aku bingung dan termangu sejenak, bagaimana bisa sampai ke kampus dengan waktu secepat itu. Aku hanya berserah diri pada Allah dan minta pertolongan diberikan solusinya . Dan tak terduga……

*** Bersambung ***

Jumat, 22 Desember 2017

Pena Warisan Kakek

Pena Warisan Kakek

Tangisku pecah tak tertahan, di akhir acara, aku melantunkan syair puisi di halaman terakhir buku ini. Saat ini aku sedang mengisi acara bedah buku "Kasih hingga ke Syurga".  Ini buku pertamaku dan yang terakhir buat kakek. Kami berdua yang menulisnya, sebagai tanda cinta kakek pada nenek.

di penghujung acara, aku menuntaskan janji pada peserta, untuk memberikan tanda tangan satu persatu dengan menggunakan pena warisan kakek. Semua penasaran pada pena ini. Pena ini ibarat mood booster untukku. Begitu berharganya pena ini. Tak lupa kuselipkan nama kakek di sebelah tanda tanganku di setiap bukunya.

Masih teringat jelas diingatanku, kakek berpulang tepat di pangkuanku. Pada hari ke 40 nenek meninggal, pagi itu setelah sarapan pagi, kami bergegas ke meja kerja kakek, tak sabar ingin menyelesaikan tulisan kisah cinta indahnya bersama nenek. Aku membantunya merangkai kata dan menyalinnya ke dalam "Laptop".

"Nay coba ambilkan pena kakek di atas lemari di sampingmu" (pinta kakek). Tak beberapa lama pena pun sudah di tangan kakek. Kami mencoba menuliskan puisi buat nenek, nenek seorang kekasih yang hebat, ibu yang kuat serta nenek yang selalu dirindukan semua cucunya.

Walau zaman sudah canggih, menulis tak perlu pakai pena, bisa langsung ketik di "laptop", kakek tetap ingin menuliskan semua kisahnya di dalam buku. Pernah aku berkata " kek, bagaimana kalau kakek cerita, nanti aku langsung menyalinnya di dalam laptop".  Kakek tak mau, ia ingin ceritanya langsung ada di buku. Dan jadi warisan berharga yang langsung bisa di baca cucu- cucunya.

Bait demi bait kami rangkai dengan indah, kakek menuliskan dengan pena tinta kesayangannya dan aku langsung menyalinnya.
Tiba- tiba kakek berhenti menulis, "Nay jika nanti kakek juga tak ada lagi, tulisan ini belum selesai, kamu harus selesaikan ya, dan harus menuliskanya disini menggunakan pena ini". (ujar kakek sambil menunjuk penanya). "kakek kok bicara begitu, pokoknya kita menulis ini harus sampai selesai dan sampai di cetak ya". (Sambil memeluk kakek, memberi semangat kepadanya).

Semenjak nenek berpulang, kakek sering murung, sering memandangi album kenangan mereka berdua. Maka dari itu aku mengajak kakek menuangkan kisahnya menjadi sebuah tulisan.

"Nay kaki kakek dingin, tolong kecilkan AC- nya dan tolong ambilkan selimut di atas meja ya." (pinta kakek) .  Tiba- tiba kakek merasa dingin, aku khawatir karena beberapa hari ini kakek terlihat kurang sehat. Setiba aku di samping kakek dan ingin menyelimuti kakinya, pena sudah jatuh di atas buku, kakek terlihat lemas. "kek, kenapa?"(tanya ku). Ia terlihat sesak, keringat  bermunculan bak butiran jagung. "Kita kerumah sakit ya" aku segera mengambil telepon yang ada di sampingku, tapi tangan kakek menarik tanganku "Tidak usah Nay, ini sudah waktunya kakek menemui nenek mu.  Maaf Nay, kamu harus menyelesaikanya sendiri cerita ini, pena ini kakek wariskan kepadamu" (sambil mengambil kembali pena yang jatuh tadi dan
mengulurkanya ke tanganku).

Tangisku tak tertahan lagi, "kek jangan begitu, Nay tak sanggup menyelesaikanya sendiri". Namun tubuh kakek pun sudah lemas di pangkuanku. Ku raba denyut nadinya, ku mencoba mendengarkan detak jantungnya, ku sentuh hidungnya, semua tak terasa, dia benar- benar sudah tak ada lagi.

#Day27
#30DWCJilid10

Rabu, 20 Desember 2017

Kertas Kosong Di Dalam "CV Ta’aruf"


Kertas Kosong Di Dalam CV Ta’aruf


Aku berlari kecil di koridor bus, aku tak mau terlambat masuk kelas hari ini.  Tepat dihadapanku ada seorang ikhwan yang lagi tadarusan di dalam bus.  MasyaAllah Kids Zaman Now masih ada yang begini.  Ada seorang nenek dan cucunya sedang berdiri, semestinya yang masih sehat mengalah, tapi mereka semua pura- pura tidur.  Ketika aku ingin berdiri, ikhwan yang tadi sudah menawarkan tempat duduknya.  Halte selanjutnya, si ikhwan bergegas keluar dia menjatuhkan sesuatu, aku mengambilnya dan ketika aku ingin mengejarnya, pintu sudah tertutup lagi.
 

Hingga sampai di rumah aku masih kepikiran dengan map plastik ini, khawatir ini penting, tapi bagaimana mengembalikanya, apa harus dibuka map ini?.  Aku mulai membuka map plastiknya, ternyata isinya kertas- kertas yang banyak coretan, sepertinya ini skripsi. Aku melihat lembaran depan ada nama kampus, judul skripsi dan namanya Muhammad Azkah. Aku masih mencari data yang bisa mengirimkan berkas ini sampai kepemiliknya. Ku buka lagi lembaran selanjutnya dan ternyata ada map cokelat, “apa mungkin disini biodata lengkapnya, siapa tau ini CV lamaran kerja atau biodata untuk mengajukan sidang".   Isi kertasnya biodata, judulnya CV ta’aruf. Aku tak berani membaca isinya lebih lanjut, aku hanya baca nama, nomor telepon dan alamatnya. “ Ternyata begini ya CV Ta’aruf aku penasaran, aku cuma membuka lembaran- lembarannya saja, tapi ada kertas kosong di dalamnya, mungkin dia kelebihan mencetak.

Murobbiahku menelepon, menanyakan CV Ta'aruf ku apakah sudah dibuat?, ia mengingatkanku, ikhwannya ingin ada beberapa lembar kertas kosong nanti didalam CV Ta’arufnya. Beberapa hari yang lalu Murobbiah menawarkan ku untuk ta’aruf kepada seseorang melalui suaminya, jujur aku masih bingung, tapi sang murobbiah mengingatkan ketika ada seseorang datang dan itu agamanya baik, tidak ada alasan untuk menolaknya, kecuali kehendaknya Allah dan jangan lupa sholat Istikharah. Aku jadi ingat map plastik punya ikhwan yang terjatuh tadi, Ada CV Ta'aruf, mungkin dia lagi proses ta’aruf juga, semoga dilancarkan oleh Allah dan mereka berjodoh.

Hari ini murobbiah memintaku datang ke masjid dekat rumahnya, CV Ta’aruf sang ikhwan sudah dikirimkan kepadaku, tapi karena akses internetku error, sampai sekarang aku tak bisa membukanya. Maka dari itu murobbiah ingin memberikannya yang sudah di cetak. Sesampai di masjid  “Kia, tadi mas menyarankan sekalian saja kalian bertemu”. Pernyataan murobbiah membuatku jadi gugup dan tak mampu lagi berkata. Semuanya sudah aku pasrahkan pada takdirnya  Allah.

“Asalamualikum” (terdengar suara dari pintu masjid). suara itu sepertinya tak asing, perlahan aku menoleh kearahnya dan ternyata memang benar dia, ikhwan yang aku temui di bus, map plastiknya sempat aku buka dan baca. Ternyata Allah telah menulis cerita indah disana untuk aku dan dia.

Semua seperti dipermudah oleh Allah, dua minggu kemudian kita menikah. Sempat tak percaya berkas itu, CV Ta’aruf itu yang sempat lancang aku baca, ternyata itu tertuju untukku. Dan rasa penasranku terjawab mengapa harus ada kertas kosong dalam CV Ta’aruf, kertas kosong itu adalah impian masa depan kita berdua, yang kita akan tuliskan bersama- sama dan kita perjuangkan bersama hingga kelak nanti tujuan kita sama bertemu di syurganya Allah.

*** The End ***


#Day25
#30DWCJilid10
#Squad1

Rabu, 06 Desember 2017

Part#4

AKU KAMU TAKAN JADI KITA

Sebelum Kita Sama

Part#4





Dan Mr Michel mulai bertanya, “ Nice miss Kinan, tapi mengapa you inginkan sangat bekerja disini ?.” upsss… ternyata Mr. Michel ini bisa berbahasa malay, apa mungkin mereka tadi sekedar ingin menguji kemampuan bahasa inggris ku ? (tanyaku dalam hati). Karna beliaupun menggunakan bahasa malay, akupun menjawabnya dengan bahasa Indonesia,  Lalu akupun menjelaskan bagaimana aku sampai disini. “sebenarny tak ada yang kebetulan di dunia ini, mungkin inilah takdir langkah saya menuju kesini, awalnya saya hanya berlibur disini, untuk mengisi waktu luang, karna baru tahun depan, saya mencoba lagi untuk test melanjutkan Study, tapi Alhamdulillah Abang ipar saya memberitahukan, bahwa disni sedang membutuhkan Admin, suatu peluang besar bagi saya untuk bisa bekerja disini, dan satu hal yang membuat saya begitu ingin bekerja disni, ingin membantu perekonomian keluarga.”  Walaupun sedih untuk di ingat akupun tetap senyum menahan sedih itu. Respon mereka masih abu- abu tapi Mr. Chan kelihatn penasaran akan cerita selanjutnya.


 “Ada apa dengan keluarga kamu, bisakah cerita pada kami”. Firasatku benar, Mr. Chan penasaran cerita tentang keluargaku, duh apakah ini salah satu hal yang ada disesi interview kah ? , lagi- lagi aku tertanya- Tanya. “saya akan menceritakan intinya saja, awalnya keadaan ekonomi keluarga kami itu sederhana alhamdulillah berkecukupan, dan Allah berkehendak lain, mungkin ini ujian untuk keluarga kami,  semasa saya sekolah tingkat junior high school , adik saya lahir premature dan lebih sedihnya lagi dia memiliki kelainan jantung sejak lahir, sehingga memerlukan biaya yang besar untuk mengobati penyakitnya. Dan mulai saat itulah semua tabungan umi dan abi dikeluarkan, serta menjual harta benda yang bisa digunakan biaya pengobatan. Sebanyak apapun uang saat itu cepat sekali habisnya, karna pengobatan adik harus berkelanjutan terus- menerus sampai saat ini. Saya dan kakak saya Alhamdulillah bisa selesai sekolah karena mendapatkan beasiswa. Dan ini lah salah satu alasana saya tidak melanjutkan study tahun ini, karna gagal test untuk beasiswa, saya akan mencobanya lagi tahun depan. Karena tidak mungkin saya melanjutkan study menggunakan uang orang tua. Maka dari itu ketika abang ipar menawarkan ada peluang kerja disini saya begitu excited. Sebenarnya ini masalah pribadi keluarga saya, dan saya harap ini bukan penilaian untuk saya kerja disini, karena saya lebih suka penilaian secara akademis dan kemampuan saya yang dibutuhkan disini bukan karna atas dasar kasihan. Mohon maaf sebelumnya dan saya akan merasa berbesar hati jika nanti bisa tumbuh dan berkembang memberikan kontribusi yang baik di perusahaan ini. ” Sebak dan sedih aku tahan, jangan sampai nangis jika mengingat kisah keluargaku, kan malu interview pertam tiba- tiba nangis, takutnya dikirain mencari simpati.


Tiba- tiba Mr. Michel berdiri dan langsung mengulurkan tangan untuk bersalaman, entah mengapa akupun secara otomatis menyambut salamnya. “ kamu diterima bekerja disini. Saya kagum dengan kamu, masih muda, ada jiwa mandiri dan bertanggung jawab, encik Razi nanti tolong siapakan kontrak kerjanya ya. (Aku masih terpana, tak bisa berkata- kata, Cuma bisa memandangi satu persatu orang- orang yang ada di hadapan, apakah ini mimpi). Miss Kinan apakah bersedia dalam seminggu ini sudah mulai bekerja?” ( Tanya Mr Michel). Dengan muka yang masih speechless aku menjawab “ yes I do.” Kemudian aku mulai mengendalikan diri dan mulai senyum manis lagi. “ Ok, miss Kinan saya akan uruskan segera semua surat- surat yang harus diperlukan untuk kamu, mulai dari kontrak kerja, izin kerja di Negara ini secara resmi dan lain- lainnya, oh ya Mr Michel maaf sebelumnya, mungkin Miss Kinan belum bisa dalam seminggu ini langsung bekerja, karena dia harus kembali ke Negaranya mengurus proses surat- resmi dan lain- lainya.” Mr Michel tersenyum “ oh iya saya lupa Miss kinan ini orang Asing juga ya.” Ow..oww.. aku juga tadi lupa bahwa masih banyak proses yang harus dilalui disini langsung jawab yes I do aja. “ Ok pak Razi.” (jawabku). “ kalau begitu sekarang miss Kinan boleh pulang, mempersiapkan diri, nanti kita kabari kapan semua proses ini di mulai”. (Pak Razi mengintruksikan kembali). Aku pun meminta pamit undur diri dengan menyimpukan kedua tangan mengucapkan terikasih sebesar- besarnya atas kesempatan bisa bekerja disini.


Aku melangkah keluar pintu, membuka pelan- pelan, ternyata si Abang dan uni sudah menunggu d depan ruangan ini, dengan muka yang masih speechless ini aku menuju kearah mereka, belum sempat aku berkata- kata uni langsung saja menghiburku , “ kenapa Kinan, tak apalah, ini kan baru pertama kali kamu mencoba interview, dan lagian kamu juga masih sangat muda.” Etss … sepertinya uni salah menebak raut wajahku. “Ishhh ape lah Mama nih, coba kita dengarkan dulu cerita Kinan” si Abang pun juga penasaran. Dengan senyun- senyum akupun menjawab rasa penasaran mereka. “ Aku diterima Uni.” “ huwahhh (uni teriak kegirang tapi langsung menutup mulutnya , karna menyadari  bahwa ini bukan dirumah tapi kantor takut menjadi pusat perhatian ). Alhamdulillah, ihhh kamu tadi candain uni ya, buat muka sedih gitu.” “Nah kan mama suka- suka je, congratulation ya Kinan, finaly kamu boleh buat semua ini.” Si Abangpun kasih selamat dan semangat baru.  “Jom lah kita pulang” si uni mengajak segera pulang, karna biasanya jam segini Angah pulang sekolah. “ tunggu sebentar ya uni” aku izin sebentar menuju kursi tempat aku bertemu si Dia tadi, aku lupa menayakan siapa namanya, aku ingin mengucapkan terima kasih sudah banyak kasih Mood booster yang bikin tambah percaya diri, dan dia sudah tidak ada lagi disana, aku menanyakan di meja informasi ternyata dia sudah masuk ke ruanganya. Aghh… sudah lah mungkin ini sekejap saja, tadi Allah kirimkan seseorang buat aku lebih semangat menjalani interview, ( pikir ku dalam hati).


Ternyata Uni dan si Abang pun mengikuti arahku, “ kamu cari siapa Kinan?, ayo kita pulang, angah sudah keluar kelas mungkin jam segini.”  “ ehh… tak ada uni, hayuk” (jawabku). “ oh ya ma, ayah langsung pergi keje dulu ye, mama dan Kinan naik taxi aja pulangnya, sebab dah lambat nih, sedari tadi si boss call ayah terus.” Si Abang pun segera izin pamit berangkat, karna sejak tadi aku lihat dia sibuk menerima telepon, mungkin sudah banyak pekerjaan yang menunggunya. “ lah ingatkan tadi Ayah ambil cuti, baru nak ajak ambil angah di sekolah.” Unipun agak sedikit kecewa, karna dia mau kasih kejutan pada Angah, mamanya bisa ajak ayahnya juga jemput kesekolah. “ tak boleh lah sayang, ini tengah banyak keje lain kali ya” si abang mencoba membujuk uni. “ iya uni tak apa, nanti aku yang temankan ya.” (hiburku saat itu).


Akhirnya unipun setuju, kita naik taxi , si Abang segera pergi kerja. Di taxi aku sempat kepikiran, apa iya aku kerja disini, apa aku bisa, apa umi dan abi benar- benar mengizinkan anak gadis satu- satunya merantau jauh di negri orang ?( berjuta pertanyaan dalam benaku). Nantilah setiba dirumah aku akan segera menelpon ke rumah. Uni memecah lamuananku “ oh ya Kinan sepertinya kamu tadi mencari seseorang di ruang tunggu, siapa? “ yah lagi- lagi uni menanyakan hal itu. “ oh tadi, tak ada lah uni.” Akupun menjawab dengan senyuman. “ ishh pakai acara rahasia- rahasian nih, tadi abang sempat cerita kok, kamu tadi ada ngobrol sama si koko china kan di ruang tunggu, nahh loh, jangan- jangan kamu naksir ya? ” uni mencoba menggodaku. “ihh uni apa coba, tak ada uni, masak baru ketemu langsung naksir, iya deh aku cerita, tadi kita sama- sama nunggu di ruangan itu, mungkin bosen dia ngajak ngobrol deh, lumayan nyambung, terus dia kasih saran- saran, semangat dan percaya diri buat interview, udah gitu aja, maksudnya tadi aku mau ucapin terima kasih kesan, tapi dia udah gak ada.” Uni langsung melirik manja “oww… jadi tadi ketemu someone yang kasih kamu mood booster ya.” lagi- lagi uni menggodaku.


Setiba dirumah aku segera menelpon ke Indonesia, ingin mengabari bahwa aku diterima disini, dan ingin menegaskan kembali, apa benar aku diizinkan. tapi aku masih tidak yakin 100% ini berhasil, firasatku masih abu- abu.

--- Bersambung ---

@Kin_Chaniago
#Day11
#30DWCJilid#10
#Squad1

Minggu, 03 Desember 2017

part#3



 AKU KAMU TAKAN JADI KITA

Sebelum Kita Sama

Part#3


Jantung ini semakin berdetak dengan kencang, sangat dan sangat gugup. Tiba- tiba ada seseorang yang keluar dari arah lift sebelah kanan, menuju arah meja informasi. Dan inilah tuk pertama kalinya aku dan dia bertemu.  ketika itu dia terlihat sangat rapi, dengan kemeja berwarna biru nila dan mengenakan dasi Hitam. Orangnya tinggi, putih, rambut yang tersisir rapi, muka oriental dan berkacamata. aku jadi teringat film- film korea atau mandarin saat itu. “ apakah ini salah satu yang akan meng- interview aku” (pikirku dalam hati). Jelang beberapa menit dia melangkah menuju ke arahku dengan senyuman yang sangant manis. “ boleh saya duduk disini” ? ( dia bertanya sambil menunjuk kursi disebelahku).  Karna dia dengan sopan bertanya akupun membalas dengan senyuman juga. “ owhh boleh”. Dan inilah pertama kalinya kita berkomunikasi. “ you sedang buat apa disini” ? (dia mengawali pembicaaran). “ Saya mau interview buat kerja disni” (karna aku merasa ini orang asing, Pertanyaannya ku jawab seaadanya saja, tanpa mau tau dia ngapain disini). Seketik rasa gugup pun hilang karena dia mengalihkan pada pembicaraan. Tanpa ku Tanya dia langsung saja menjelaskan maksudnya ada disni juga. “ kalau saya baru nak mulai practice (seperti KKN atau magang) di company ini, maybe sampai 3 bulan.”


Akhirnya obrolanpun mencair ketika dia sharing pengalaman selama dia kuliah, dan memberikan tips- tips biar tidak gugup saat interview serta memberikan semangat agar diterima disni dan bisa kerja bareng sama dia. ini sangat membantuku sebagai mood booster , karena  merasa anak baru kemarin lulus berani- beraninya langsung mengajukan lamaran kerja di perusahaan, perusahaan asing pula. Aku merasa belum pantas.


Si abang dari tadi sibuk menelpon di ruang tunggu sebelah. Jadi tidak enak hati ini, si abang izin setengah hari demi mengantarkan aku interview, padahal dia orang sibuk, kebetulan projectnya lagi banyak saat ini. Sementara si Uni masih sibuk belanja di pasar swalayan yang tidak jauh dari gedung ini. Si Abang pun memanggilku,  “ Kinan, hayuk kita masuk kedalam, meeting-nya sudah selesai”. “ sepertinya ini waktunya aku interview, aku duluan ya”. (pamitku saat itu padanya). “ oh iya, fighting and don’t forget to smile”. Mood booster-nya kembali  dikirimkan kepada ku. Dan dengan segera aku menghampiri si abang, tak lupa baca do’a agar ini berjalan dengan baik dan tidak malu- maluin uni dan abang. Aku takut mereka kecewa. “ kinan abang tunggu diluar ya, lakukan yang terbaik” (ucapan semangat dari si Abang).


Bismillah… (ucapku dalam hati) lalu aku mengetuk pintunya 3 kali dan dipersilahkan masuk. “ selamat pagi” sapa pertamaku dengan penuh senyuman.  “Selamat pagi” dengan serentak para staf interview menjawab kembali. Jujur aku bingung mau salam apa , karna ketiga dari mereka tak semua Muslim. “ Sila duduk” salah satu dari mereka memersilakahkan ku duduk. “Ok miss Kinan, sebelum interview ini kita mulai , saya akan memeperkenalkan satu persatu dimulai dari saya, nama saya Razi, leader divisi yang nantinya akan miss kinan bekerja jika terpilih. (pak Razi, orangnya ganteng, mukany teduh sekali, sepertinya dia rajin sholat, terpancar dari cahaya muka yang begitu syahdu, dan dia orang malay). Dan selanjutnya, di sebelah kiri saya ini Mr chan, supervisinya” (Mr chan , Chinese, tinggi, putih,  tapi matanya tidak teralu kecil mungkin dia ada keturunan malay atau india, karena tidak seperti muka oriental lainya). Dan diseblah kanan saya Mr. Michel dialah branch manager kita.” Mr Michel, 100% bule, umur mungkin sekitar 40an, rmbut pirang dan matanya pun biru, jangan ditanya tingginya, enatahlah mungkin kalau aku berdiri di seblahnya bisa jadi sebatas dadanya. Betapa terlihat mungilnya aku.


“Ok selanjutnya kita mulai saja ya, Coba ceritakan secara detail tentang diri kamu, baik itu keluarga, pendidikan dan skill yang kamu punyai, saya sarankan  miss Kinan menggunakan bahasa inggris agar mudah di mengerti oleh kita semua” . Pak Razi mengawali interview dengan intruksi yang lumayan buat aku gugup, jujur saja percakapanku dalam bahasa inggir masih terbata- bata, tapi lagi- lagi ini demi si abang, uni dan umi abi aku gak mau mereka kecewa.


Dan akupun mulai memperkenalkan diri, nama, umur, asal, orangtua, saudara dan keluarga termasuk uni dan si abang juga aku ceritakan, kemudian sekolahku mereka merespon sedikit kaget dan tersenyum, karna umurku  saat itu belum sampai 18 tahun, karena dari awal masuk sekolahpun dengan usia yang muda. Karna sudah bisa baca dan menulis aku diterima disekolah. Tapi aku tetap disuruh melanjutkan ceritanya. Semua berbahas inggris agak sedikit kaku tapi aku berusaha semaksimal mungkin dan pelan- pelan agar apa yang aku sampaikan ini dimengerti oleh mereka. Aku menceritakan juga tentang nilai akademiku yang tak terlalu buruk semua di atas standar, dan beberapa lomba yang pernah aku ikuti. Sbenarnya itu biasa saja. tapi semalam aku sempat googling, tips interview, salah satunya harus percaya diri menjelaskanya dan buat mereka terpukau dengan kelebihan yang kita punya walaupu  tak banyak. Ternyata itu sangat membantu, tak sia-sia aku nonton youtube semalaman belajar cara interview yang benar, setidaknya tak ada kata yang keluar meminta perkataanku mengulang kembali pembicaraa, entahlah apa mereka mengerti semuanya, terpukau atau malah bingung. Di  akhir kalimat dengan penuh senyuman dan harapan , aku berkata “ saya sangat berharap bisa menjadi begian dari perusahaan ini”.

 Mr Michel mulai merespon, “ Nice Miss Kinan, tapi mengapa you……….


--- Bersambung ---

 @Kin_Chaniago
#Day8
#30DWCJilid#10

#Squad1

Rabu, 29 November 2017

Sempadan Cinta



Sempadan Cinta



Deru ombak semakin kencang bergema

Seakan menggodaku penuh manja tuk menghampirinya kesana

Langakh- langkah kecil ini mulai menyusuri bibir pantai

Menanti senja mentari jingga



Langit biru bersama awan –awanya begitu mesrah

Meskipun mentari mulai ucapkan kata pisah

Dan mulai kembali ke tempat Asalnya

Tapi mereka tak pernah resah karna esok kan berjumpa



Aghh… rasa mereka tak sama dengan rasa yang ada

Aku terpaku disini bersama kenangan yang tak pernah usai

Mencoba menata hati

Ingin mengambil bongkahan hati yang pernah tertinggal disini



kisah aku dan kamu takkan pernah menjadi kita

jika masih begini- begini saja

tetap merasa nyaman mengatas namakan cinta Dewasa

tanpa pernah memikirkan bagaimana ujungnya.




Terlalu banyak hal yang tidak bisa kita lewati

Sempadan cinta kita begitu kokoh

Bukan hanya sekedar sempdan negri yang berbeda

Tapi ada banyak sempadan – sempada lain yang terbentang luas seakan tak ingin merestui



Rasa yang pernah ada antara aku dan kamu memang tak salah

Karna setiap manusia itu lumrah memiliki rasa

Tapi yang salah ketika kita berada di sempadan yang berbeda

Bukan hanya sekedar, jarak dan waktu yang tak sama

Tapi sempadan itu begitu kuat seakan tak ingin mengamini tuk bersama



Sempadan hadir ketika kita melantunkan do’a di tempat yang berbeda

tersadar ketika cara do’a yang tak pernah sama

Meski Do’a yang sama tapi meminta pada Tuhan yang berbeda apa bisa ?

Sejauh apapun tuk memaksa do’a itu tak pernah di ijabah



Kita mencoba menentang semesta itu mungkin bisa

Seluas apapun Sempadan jarak mungkin bisa disatukan

Tapi menentang yang menciptakan semesta itu Dusta

Karena tujuan akhir cinta itu Syurga

@Kin_Chaniago
#Day4
#30DWCJilid#10

#Squad1


Selasa, 28 November 2017

part#2



AKU KAMU TAKAN JADI KITA
Sebelum Kita Sama
Part#2

Weekend pertama di Negri jiran, menyapa mentari yang mulai meranjak naik kelangit biru, warnanya merah merona sangat ceria. pagi-pagi sekali anak-anak sudah mengajak lari pagi ke “padang” (lapangan rumput ) disana juga banyak wahana permainan, mulai dari jungkat-jungkit, perosotan, ayunan, komedi putar , terowongan mini dan lain-lain. Mereka sangat antusias hari ini, karena sudah lama semenjak uni  habis melahirkan belum pernah kesini tak ada yang menemani, sedangkan sang ayah kadang- kadang sibuk kerja keluar kota. Makanya dari kemarin mereka buat janji “ kakak mesti temankan kami main ke padang” ( sambil menyematkan jari kelingkingnya ke jari ku),  janji ya , “ ujar Angah. Kita mulai berlari menuju padang yang jaraknya tak begitu jauh dari rumah uni. Sesampai disana mereka langsung berhamburan ke wahana pilihan mereka masing-masing , dan aku menunggu mereka di ayunan. Sambil menikmati udara embun pagi yang sangat segar.
Pagi ini dia sudah beberapa kali mengirim pesan- pesan indah, tapi entah mengapa jadi agak risih akhir- akhir ini. Jadi teringat beberapa nasehat sang murrobi  “ Kinan, dalam Islam itu tidak ada pacaran, karna kamu tau sendirikan yang mendekati zina itu dilarang dalam agama kita”. Namun aku tetap berdalih “ kita tidak berpacaran kok mbak, Cuma teman biasa saja yang saling kabar-kabari setiap aktivitas, menyemangati dalam berjuang mencapai impian, apakah itu salah mbak? “. Dengan senyuman yang syahdu sang Murrobi pun menjawab “ iya kamu tidak ada apa-apa, bagaimana dengan dia, apakah dia menganggapmu teman biasa ?, apalagi dia sesering itu berkirim kabar, awalnya berkirim kabar biasa saja, lama-lama mulai pesan- pesan Indah , puisi- pusi yang puitis, terus maksudnya itu apa ?,  hati- hati walaupu kalian tidak berniat apapun syetan akan melakukan segala cara untuk menjerumuskan hambanya Allah ke jurang- jurang dosa”. aku merasa bersalah dan mulai beratanya- tanya pada diri sendiri apa yang aku lakukan ini salah, dan apa yang harus aku lakukan.

Sang Murrobi, dia seorang mentor ngaji dan kajian khusus perempuan di kampus ku. Baru- baru ini aku diajak Viona untuk mengikuti kajian rutin khusus wanita. Karena jujur saja aku soal agama sama sekali ilmunya dangkal. Dan semenjak berteman dengan Viona banyak hal yang aku tanyakan secara keritis tentang agama. Dan diapun menyarankan ku ikut kajian, diapun baru saja hijrah , jadi khawatir ada yang salah penyampaian dan dia juga menyarankan kalau kita belajar agama harus ada guru yang fokus biar bisa tempat bertanya- tanya baik tentang agama atau terkadang tentang pribadi.

Lamunanku terhenti ketika ada orang di ayunan sebelah. Dan ia memberi salam “Assalamu’alaikum," dengan spontan aku menjawab “Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh”. Orang tersebut tersenyum semeringah kepadaku, mungkin ini budaya ramahnya orang sini pikirku. “ saya baru kali ini Nampak awak dekat sini, baru pindah rumah ke ?” ujarnya. Aku pun masih bingung dia yang memecahkan lamunan panjangku tadi, Cuma jawab dengan senyuman dan menjawab agak lama. “ tidak saya sekedar holiday disini, tengok sepupu lepas bersalin”. Tiba-tiba dia mengulurkan tanganya sambil memperkenalkan diri “ hai saya Azami, rumah depan padang ini” ( sambil menunjukan jarinya ke rumah yang bercat warna biru). Lagi- lagi sebenernya aku masih speechless, ini orang siapa tiba tiba muncul dan memperkenalkan diri. Dan lagi – lagi aku tersenyum tapi dengan rada bingung dengan sopan aku menolak berslaman dan meletakan tanganku didada maaf  “ saya Kinan from Indonesia, sekarang tinggal dirumah sepupu dekat sini."

Dari arah belakang Along dan Angah mengejutkan ku ” kakak”. Aku pun menghela nafas seakan untungnya mereka datang “Eeh dah siap ke mainya “ ujar ku .  “ehh ada abang Azami lah” ujar angah, sepertinya anagh mengenal orang asing ini. “ lah ini saudaranya Angah dan Along ke” jawabnya. “ iye, dia sepupu mama dari Indonesia, tengah becuti nak tengok  baby”. Jawab Angah. Aku meras lega hadirnya mereka , membuat kekakuanku, speechless ku hilang. Kakak “ jom kita balik, Along dah lapar nih” .(along menarik tanganku mengajak pulang kerumah. “ jom” . jawabku , lama-lama aku jadi fasih disini bahasa melayu secara tiap hari memdengarkan mereka berbahas demikian dan efek keseringan nonton ipin upin juga kali ya. “ lah cepat sangat dan nak balik, abang baru je duduk disini” ujar orang asing tadi dan aku lupa tadi namanya siapa. “ tak pe lain kali mungkin, kesian mereka dah lapar sebab dari pagi- pagi lagi main kesini”.

Di perjalanan pulang akupun menanyakan kembali pada Angah dan Along, “ dek kalian kenal sama orang tadi, siapa namanya kakak lupa pula ?” . “abang Azami tadi ke kak, owww kakak ade ape dengan dia, jangan – jangan kakak suka , atau taka bang Azami yang suka ye dek “ (sambil pandang0pandangn sama si Angah) Along menjawab sambil mengodaku dengan pertanyaan yang aneh. “ish tak lah, kakak pun baru tau, tiba-tiba je dia muncul di ayunan tuh”. Angah pun ikut nimbrung “ ish kakak nih dia tak tiba-tiba dah lama pun dia duduk di buayan (ayunan) tu. Kakak je yang tak rasa”. Apa iya, oh my god, separah itukah lamunan ku tadi, aduh pasti aneh banget itu muka,” huwaahh “. Merekapun terkejut dengan ekspresiku  “Ade ape kak ?. “ tak de apa, betulke dek tadi macam tu, terus angan dan along tengok kakak macam mana” ?. Along mengerutkan dahinya sambil mengingat “ehmm macam melamun banyak memikirkan sesuatu lah”. Ihhh kenapa jadi aneh begini pikir ku dalam hati.

“Along cakap tadi lapar kan, ape kate kita beli nasi lemak dekat kedai depan tu ?” .  “nak. nak.nak. “ mereka bersorak kegirangn. “Nasi lemak” mirip dengan nasi uduknya jakarta , bedanya disini pilihan lauknya bermacam-macam, ada sambal ikan teri, cumi, telur, ayam, Bihun, kwetiau dan lain-lain. Tapi menurtku terlalu berat makan sepagi ini. Biasanya aku makan roti tawar dan susu atau gorengan-gorengan saja. perut ini terbias dengan makanan ringan. Apalagi kalau pergi kuliah harus berangkat pagi-pagi tuk menghindari macet dan rebutan angkot jadi tidak sempat tuk sarapan lama-lama, kadangkala minum susu dan sarapan roti di bungkus buat bekal dijalan. Ibu selalu ngomel kalau tak sarapan, katanya nanti kamu dikelas lapar dan tidak fokus belajar. Bener juga sih tapi anaknya saja ini suka bandel.

“Wah udah pulang” sambut uni dari teras rumah yang sedang menjemurkan baby biar terkena sinar matahari pagi. “ iya uni, ini sekalia kita belikan sarapan pagi, Along dan Angah sudah lapar katanya.” “Oh ya, baru aja aku mau minta tolong abangmu belikan sarapan, untung belum pergi ya. Duh jadi merepotkan kamu ini.” Uni jadi merasa bersalah. “ gak apa-apa uni, kan memang niatnya aku main kesini selain liburan mau bantu-bantu uni juga, pasti uni repot banget sama baby kan, janagn sungkan uni, biasa aja kok.” Makasih banyak ya uni selalu senang kamu da disini jadi bisa temani uni, buat ngobrol-ngobrol bantu-bantu, tau sendirikan anak uni semua laki-laki, coba kamu dulu jadi kuliah dan kerja disini ya kinan.”

Aghhh... si uni mengingatkan ku pada masa lalu. Yah dulu ceritanya beberapa tahun lalu sempat disini Tamat SMA sempat main ke sini dan liat suasananya juga nyaman dan ditawarin si Abang suaminya Uni di suatu perusahaan temanya menjadi Admin katanya sih aku punya bakat dan bahasaku juga lumayan. Duh padahal dia gak tau aku dak dik duk kalo ketemu orang banyak apalagi orang saing. Dengan menguatkan mental dan perjuangan panjang minta izin sama umi dan abi akhirnya diperbolehkan. kata si Abang coba aku buat cv dulu dan interview jika di terima , mereka akan menguruskan semua surat-surat resminya dari sini dan kamu balik ke Indonesia membuat paspor baru.  Tapi jujur sebenarnya aku mau kuliah. Tapi lumaya juga udah langsung dapat tawaran pekerjaan pikirku sat itu kenapa tidak dicoba, dan pasti gaji disini tentu sangan besar dan berbeda.

Keesokan harinya aku datang ke perusahaan temanya si Abang, tentunya di antar sama abang dan uni, kebetulan dia mau belanja waktu itu, pasar swalayanya tak jauh dari gedung itu.
Jujur ini pertama kali aku interview dan bukan dengan orang Indonesi, tapi orang luar dan katanya nanti yang interview selain orang melayu juga ada bossnya langsung dari US. Aku takut membayangkannya , seorang gadis baru lulus SMA dan harus terlihat smart dan meyakinkan bahwa mampu tuk diterima diperusahaan ini. Kamipun memasuki gedung bertingkat yang dipenuhi dengan kaca, mulai melangkah masuk lift , jantungku mulai berdetak kencang dan tanganku mulai merasa dingin. “ are you nervous kinan ?” Tanya si Abang. “Ehmmm iya bang, this first time for me”. Relax, everything ok”. Si Abang mulai menenangkanku. Dan kita pun sudah sampai tempat yang dituju. “ kamu tunggu sini kejap ye” si abang menyuruhku duduk di ruang tunggu, sementara ia menuju meja informasi. 
aku jadi ingat pesan Umi, kalau lagi gelisah, gugup tidak karuan cobalah berzikir, sebagai penenangnya. dan aku pun mulai mencobanya.
tak lama kemudian si abang pun menghampiri ku " tunggu kejap lagi ya, boss nya tengah meeting"

 --- Bersambung---



@Kin_Chaniago
#Day3
#30DWCJilid#10
#Squad1