Minggu, 24 Desember 2017

Buku Tanda Cinta



Buku Tanda Cinta

Tak pernah terpikirkan olehku akan jadi begini akhirnya. Pada awalnya aku hanya ingin mendukung kakek untuk menulis kembali, agar tak larut dalam kesedihan setelah kepergianan nenek, tapi kini aku lah yang tergamang. Tertatih- tatih menyelesaika bait- bait syair puisi yang masih menggantung tanpa ujung.

Buku itu belum pernah ku sentuh sampai berminggu- minggu dan mungkin juga sudah berdebu. Perasaan masih tak percaya kakek sudah tak ada. Sosok inspirasiku, "mood booster" ku kini tinggal kenangan. Sampai saat ini kata- kata itu masih terngiang di telingaku. "Nay jika nanti kakek juga tak ada lagi, tulisan ini belum selesai, kamu harus selesaikan ya, dan harus menuliskanya disini menggunakan pena ini".

Akhirnya hari ini aku menguatkan diri, mencoba untuk tegar dan menjalankan amanah kakek. Buku ini harus selesai dan harus terbit. Setidaknya bisa di baca oleh semua cucu- cucunya. Perlahan aku membuka pintu ruang kerja kakek, hati ku mulai sebak, semenjak kejadian itu, aku belum pernah masuk lagi ke ruangan ini. Telalu trauma bagiku mengingat semua cerita itu, kakek berpulang tepat di pangkuanku. Firasatku benar, posisi buku itu masih sama, seperti terakhir kalinya aku merangkai syair puisi bersama kakek.

Aku sengaja tak memperbolehkan siapapun yang membereskan atau memindahkan apa pun yang ada di ruangan ini, hingga waktunya tiba, aku memeberanikan diri datang kesini lagi. Dan benar saja, buku ini mulai berdebu, masih sama, dalam keadaan terbuka, pena yang masih saja tergeletak diatasnya. Lagi- lagi aku harus menahan butiran air mata yang sedari tadi aku bendung. Aku tau, akupun tak boleh larut dalam kedukaan ini, aku harus bisa menyelesaikan buku ini, sebagai tanda begitu Cintanya kakek kepada nenek. Kumulai mengambil pena warisan kakek, dan mencoba mengingat kembali bait terakhir yang kami ukir bersama disini.

Gumpalan air mata yang aku tahan sejak tadi, akhirnya tak terbendung jua dan mengalir begitu derasnya, aku menangis sejadi- jadinya. Ternyata ada bait lain, yang aku tak ketahui, mungkin ini tulisan terakhir kakek, ketika aku sibuk mengambil selimutnya waktu itu.

" kamu kekasih belahan jiwaku
Tunggu lah aku di syurga itu
Semalam aku bermimpi tentangmu
Bermimpi menggenggam erat tanganmu
Kamu menarik tanganku
Mengajakku Berlari kecil
menuju taman cahaya itu
Inikah waktu yang ku tunggu ?
Inikah waktu yang ku rindu? "

Ternyata saat itu, kakek merasa waktunya sudah dekat menuju kesana. Ya Tuhan begitu tak pekanya aku. Ku sekat air mata yang masih mengalir di pipi, aku harus semangat menyelesaikan buku ini. Buku tanda cinta kakek pada nenek dan buku tanda cintaku pada mereka.

Seminggu kemudian, buku itu pun rampung aku tuntaskan. Dan aku mencoba tawarkan kepada penerbit yang pernah bekerja sama dengan kakek sebelumnya. Seakan semesta begitu menyertai dan ikut terharu atas kisah cerita ini, proses penerbitan buku berjalan dengan lancar.

Alhamdulillah, tak beberapa lama buku itu pun terbit dan tak pernah aku bayangkan bahwa buku tanda cinta ini akan booming. Mereka merasa, buku ini benar- benar tanda cinta, awal kisah cinta bak cerita sinderela dan berakhir bak romeo dan juliet. Hingga akhirnya kakek tak bisa berlama- lama menunggu waktu dan mengikuti tuk menutup mata jua.

#Day29
#30DWCJilid10
#BukuTandaCinta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar