Takdir Kita Ada Di Dunia Relawan
Part#1
Tak pernah terbayangkan
sebelumnya, bahwa laki- laki yang ada di sampingku saat ini menjadi kekasih
halalku. Jangankan tuk membayangkan, memimpikannya saja aku tak pernah. Tak sempat terlintas dibenakku
menjerumuskan diri ini ke dunia relawan untuk mencari jodoh, tujuanku hanya satu
berbagi kebahagian untuk sesama. Memutuskan untuk menjadi relawan satu hal yang membuat duniaku lebih
berwarna, ada banyak cerita disini. Dipertemukan dengan orang- orang baru yang
akhirnya menjadi saudara seperjuanganku, kita bersama-sama berusaha tuk membahagiakan
umat.
Namaku Hasna Nadia, asal dari
Cilegon, seorang guru paud yang gajinya saat itu hanya 200.000 per-bulan. Selain
itu aku juga mengajar di salah satu SD dengan gaji 500.000 per bulanya. Tak puas
dengan hal itu aku ingin seperti teman- teman yang lainnya, kuliah tuk mencapai
impian-impian mereka. Jalan itu tak mudah, karena aku dari keluarga yang tak
berada, jangankan untuk membiayai aku kuliah, untuk memenuhi kebutuhan keluarga
sehari- hari ibu dan ayah harus bekerja keras menjadi petani yang tak mempunyai
lahan.
Namun tekatku saat itu begitu kuat, aku ingin mencapai impianku sebagai
guru dan ingin merubah kehidupan keluarga lebih baik. aku tau saat ini memang
aku seorang guru, tapi hanya guru bantu, ilmuku tak banyak, di zaman serba
canggih apalah arti seorang yang hanya lulusan SMA. Aku ingin menjadi guru yang
seutuhnya, memiliki banyak ilmu dan mempunyai moral yang santun untuk mendidik
muridku kelak.
Setelah diskusi yang panjang,
merayu pada ibu akhirnya aku kuliah, tapi hal ini tak semudah yang dibayangkan,
aku harus tertatih- tatih membayar biaya kuliah dan sempat beberapa kali
menunggak. Sempat berputus asa, tapi aku termenung kembali, perjuangku untuk
memutuskan kuliah saja sudah berat, tak mungkin aku selesaikan hanya sampai
disini saja. aku mulai mencari pekerjaan, tapi ada satu lagi kendalanya, ibu
tak mengizinkanku kerja diluar dari kota, banyak hal-hal yang dikhawatirkanya
jika anak perempuanya bekerja dan hidup di kota orang. Aku tak kehabisa akal,
aku selalu merayu pada ibu dan tak lupa selalu libatkan Allah setiap langkahku,
semoga langkah ini dan keputusan ini benar- benar dariNya serta di restui oleh
ibu. Alhamdulillah setelah bicara dari hati ke hati ibu dan ayah mengizinkanku dengan
deretan syarat- syarat yang panjang. Saat itu sepertinya semesta begitu
menyertaiku tak beberapa lama aku mendapatkan pekerjan sebagai penanggung jawab
Rumah Giat merupakan program pedidikan yang di sponsori oleh salah satu Departement store ternama.
Dan mulai saat itulah untuk pertama
kalinya aku menjadi anak rantau di kota orang, kota Bekasi. Kebetulan kampus pusat
ditempat aku kuliah tak jauh dari kota ini. Namun dikarenakan jalanan yang
selalu macet hampir 3 jam perjalanan untuk sampai ke kampus. Tak jarang aku
tertidur didalam angkot, ketika bangun perjalanan masih panjang dan tertidur
lagi. Memulai hidup yang baru, rumah baru, lingkungan baru, harus kujalani. Bersyukur
lingkungan tempat aku tinggal itu sangat mendukung program yang sedang aku
jalanani. Terkadang ada cerita sedih tapi akan menjadi lucu jika diingat
kembali, aku sering salah naik angkot atau kebablasan hingga sampai tempat yang
tak aku ketahui. Itu lah resiko pertama yang aku alami menjadi anak rantauan,
tapi dari sana aku belajar banyak hal. Belajar menjadi mandiri, lebih disiplin,
lebih sabar dan banyak mengetahui tempat- tempat dibelahan bumi ini yang
sebelumnya aku tak tahu.
Di kota ini lah takdir kami dipertemukan.
Di dunia relawan dimana tempat aku menjerumuskan diri untuk hal- hal kebaikan. Di
kota ini pun sama aku ikut bergabung, karena pergerakan kerelawanan ini
tersebar di seluruh Indonesia, dari Aceh sampai Papua. Sunggu tak pernah aku
membayangkan jika takdir kekasih halalku bersama dia. Dia, bang Riyo aku
memanggilnya, sosok yang berpenampilam anak gunung, gaul dan agak bebas. Pertama
kali aku melihatnya di agenda tahunan, pelatihan pendidikan dasar untuk relawan
baru. Dia baru bergabung saat itu. Belum ada tegur dan sapa. Dan sampai suatu
hari kami menjadi tim yang sama untuk membantu relawan Tangerang yang saat itu
ada bencana banjir. Saat disana akulah yang sering memarahinya, membangunkan
sholat subuh, disaat orang lain ke masjid dia masih tertidur. Pernah satu
ketika saat dia tidur di kursi, aku bangunkan dengan suara yang keras, namun
tetap tak bisa bangun, akhirnya ku pukul kursinya agar dia cepat bangun, namun
cara itu tetap tak berhasil dia bangun sebentar hanya berpindah tempat dan
tidur kembali.
Setelah beberapa hari kami dalam
tim yang sama di tenda pengunsian banyak cerita yang baru aku ketahui, ada sisi
kelam di balik dirinya. Jangankan untuk sholat lima waktu, sholat dalam satu
tahun mungkin bisa dihitung, bahkan bisajadi setahun sekali saat hari raya. Namun
di balik itu semua dia memiliki kepribadian yang baik, suka membantu teman
dalam kesusahan.
Seringnya pertemuan kerelawanan
membuat kami makin sering bertemu dalam beberapa kegiatan yang sama. Dia sering
membatuku di program Rumah Giat, dan teman- teman yang lainpun juga begitu. Sebagai
anak perantauan aku merasa bahagia di dunia relawan ini di pertemukan dengan
saudara- saudara yang baik dan ada beberapa juga relawan yang nasibnya sama
sepertiku sebagai anak perantauan tak jarang apa yang kita alami kadang sama,
sering salah angkot atau tersesat di jalan.
Bang Riyo sosok orang yang baik, dia
tak pernah pandang orang itu siapa untuk dibantu, termasuk aku. Entah mengapa terkadang itu bukan pintaku tapi takdirlah yang
mempertemukannya, disaat aku sedang perlu pertolongan, dia hadir disana. Aku tau
ini bukan kebetulan, mungkin ini sudah jalanNya Allah yang telah tertulis
disana. Tapi saat itu sama sekali belum ada perasaan apa- apa terhadapnya, karena aku pikir dia
relawan, kita semua saudara, pastinya semua baik. Semakin sering bang
Riyo ikut kegiatan relawan, Nampak beberapa perubahan yang lebih baik dari
dirinya. Sudah mulai ingin sholat walau masih tertatih dan ikut kajian belajar
tentang Islam.
Aku menjalani aktivitas yang sangat
padat, selain kuliah aku juga punya amanah menjalankan program pendidikan di Rumah Giat. Ini lah saatnya, aku mulai
mengerjakan skripsi, jalanya tetap sama, masih banyak ujian yang harus aku dilewati,
naik angkot hingga beberapa kali dalam waktu 3 jam baru sampai ke kampus, uang
semakin pas- pasan. Karena biaya semakin besar. Tapi aku harus kuat, aku harus
mencapai impianku, membawa kembanggan untuk keluarga dan tak mau membuat orang
tua kecewa yang telah memberikan izin padaku hingga seperti saat ini.
Pernah suatu ketika aku harus
bimbingan skripsi bersama Dosen, diwaktu
yang hampir bersamaan aku sedang mengajar di Rumah Giat, kegiatan ini baru akan selesai pukul 12.00, sedangkan
aku harus datang pukul 14.00 untuk bimbingan. Aku bingung dan termangu sejenak,
bagaimana bisa sampai ke kampus dengan waktu secepat itu. Aku hanya berserah
diri pada Allah dan minta pertolongan diberikan solusinya . Dan tak terduga……
*** Bersambung ***
How to get to POKER HOUSE IN THE HAND - Dr.MCD
BalasHapusDirections to 김천 출장샵 POKER HOUSE in the 의정부 출장마사지 city of 전라남도 출장샵 Las 여주 출장마사지 Vegas (Nevada) with public 대구광역 출장샵 transportation. The following transit lines have routes that pass near